Mengenal lebih dekat tradisi berburu ikan paus di Lamalera

Proses perburuan ikan paus oleh masyarakat Lamalera
Ada satu tradisi unik dari wilayah Lamalera, NTT, yaitu perburuan ikan paus. Masyarakat Lamalera sudah melakukan kegiatan ini semenjak abad ke-16. Itu artinya tradisi ini sudah berusia kurang lebih 500 tahun. Wow, sudah lama sekali, ya. Meski masih terdapat pro dan kontra tentang status pelestarian satwa, namun masyarakat Lamalera beralasan bahwa kegiatan ini tidak memiliki tujuan komersil apapun, melainkan hanya untuk menyambung hidup warga setempat. Sehingga keseimbangan lingkungan tetap terjaga

Masyarakat Lamalera percaya bahwa nenek moyang mereka dibawa ke tempat tersebut berkat bantuan ikan paus. Kini untuk melestarikan budaya yang sudah berakar sejak lama, maka digelar-lah tradisi berburu paus oleh warga setempat. Tradisi ini di lakukan di laut Sawu yang terletak di sekitar pulau Lamalera. Biasanya antara bulan Mei-September adalah bulan dimana banyak ditemukan ikan paus yang berkumpul di laut Sawu.

Tidak semua jenis ikan paus bebas untuk diburu. Masyarakat Lamalera dilarang memburu paus biru dan hanya diizinkan memburu paus jenis sperm atau paus pilot (Physeter macrocephalus). Hal ini menurut masyarakat setempat dilarang oleh nenek moyang mereka sejak dahulu.
Paus biru yang dilarang untuk diburu
Paus sperm yang diizinkan untuk diburu
Menjelang perburuan, beberapa pria berumur dan sudah berpengalaman akan menaiki perahu dari kayu yang disebut “Peledang”. Para pria ini akan bertahan di tengah laut untuk beberapa hari hingga menemukan lokasi berkumpulnya ikan paus. Peralatan yang digunakan hanya-lah peralatan tradisional berupa tombakk yang disebut “Lama fa”. Sekilas terlihat ekstrim karena tidak mengenakan alat keamanan apapun dalam menjalankan prosesi. Dengan gagah berani, seorang pria akan berdiri di ujung perahu kemudian melompat sambil menghujamkan tombak ke arah punggung ikan paus. Daging ikan paus terkenal keras dan sangat tebal, sehingga diperlukan tenaga yang besar pula sangat menghujamkan tombak.
Seorang lamafa akan berdiri di ujung perahu kemudian melompat untuk menghujamkan
tombak ke tubuh paus
Saat melakukan proses tikaman, nyawa awak perahu menjadi taruhan. Hal ini bukan tanpa alasan mengingat sirip ekor ikan paus sangat lebar dan kuat. Satu sabetan saja bisa menghancurkan perahu bahkan bisa melukai awak kapal. Ketika paus berontak, para awak kapal harus tetap siaga menunggu selama 40-45 menit hingga paus mati lemas.
Anda bisa bayangkan terkena kibasan ekor sebesar ini

Pembagian hasil perburuan

Daging hasil perburuan yang terkumpul tidak dijual, melainkan akan dipotong secara merata dan dibagi-bagikan untuk warga setempat. Ada yang dikonsumsi, ada yang memanfaatkan minyaknya sebagai minyak urut dan sumber penerangan. Hal ini lah yang melandasi masyarakat Lamalera untuk terus melestarikan tradisi ini karena mementingkan beberapa beberapa aspek seperti sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.

Proses pembagian daging ikan paus di darat juga menjadi pemandangan yangmenarik. Masyarakat Lamalera sudah memiliki aturan adat yang harus ditaati seluruh warga. Tidak ada yang berebut dan berdesakan mendapatkan daging karena semua unsur masyarakat akan mendapatkan hak nya sesuai perananya nya.
Proses pemotongan daging paus saat di darat
Untuk seluruh awak perahu yang mengikuti proses perburuan, akan mendapatkan bagian tubuh ikan paus yang disebut “meng”. “Meng” ini yang nantinya akan dibagi rata kepada semua awak kapal.

Bagian sirip dada, masing-masing diberikan untuk ketua adat dan lamafa. Bagian kepala akan diberikan kepada “lango fujo” atau ketua suku.
***

Masyarakat Lamalera akan terus melestarikan tradisi perburuan paus ini. Tradisi ini sudah bertahan turun-temurun dan akan terus dijaga untuk menyambung hidup masyarakat setempat. Meskipun terjadi suara penolakan dari beberapa lembaga lingkungan hidup, namun masyarakat Lamalera tetap berpegang teguh pada tradisinya. Di sisi lain, tradisi perburuan paus ini memiliki daya tarik pariwisata yang akan meningkatkan status ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Lamalera pada umumnya.

1 comment: